;

Selasa, 07 September 2010

Pemerintah Akan Tentukan 1 Syawal 1431 H Setelah Sidang Isbat

Pemerintah akan menentukan idul Fitri 1 Syawal 1431 H melalui sidang istbat yang akan digelar besok (8/9). Meskipun hari raya idul fitri 1431 H telah diprediksikan jatuh bersamaan yaitu tanggal 10 September 2010. Menurut Direktur Jendrel Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag), Nasaruddin, sidang ini dilakukan sebagai bentuk kontribusi aktif pemerintah mempersatukan umat dan selaku ulil amri di Indonesia. “Jika ada perbedaan maka dikembalikan ke ulil amri,”ujar dia di Gedung Kemenag, Jakarta, Selasa (7/9).

Nasaruddin mengatakan, perbedaan hari raya terjadi pada kelompok kecil antara lain An-Nadzir di Goa Sulawesi Selatan dan Naqsyabandiyah di Padang. Terkait ormas ini, pemerintah berupaya memberikan arahan dan bimbingan intensif. Sebab, informasi dan ilmu yang digunakan sebagai landasan belum oleh golongan itu dianggap belum komprehensif. Hasilnya, pemerintah melihat respon positif dan kesepahaman awal dari mereka. “Ke depan, suasana keberagamaan akan lebih kondusif lagi,”ujar dia optimis.

Kepala Sub Direktorat Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag, Muhyiddin, mengatakan sidang istbat diperlukan sebagai legalitas penetapan awal bulan terutama Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Landasan pelaksanaan istbat adalah Sunnah Rasulullah tetang otoritas penetapan hilal sebagai Rasul dan kepala negara. Sehingga, idealnya berdasarkan pendapat mayoritas ulama ketetapan yang dihasilkan bersifat mengikat."

Namun demikian, ujar Muhyiddin, pemerintah tak bisa memaksakan dan menghimbau masyarakat untuk bersama demi kemaslahatan umat. Oleh karena itu, guna memperkuat legalitas penetapan sidang istbat penetapan 1 Syawal 1431 H melibatkan sejumlah elemen yang terdiri dari perwakilan ormas-ormas Islam.

Selain itu, jelas Muhyiddin, sidang melibatkan sejumlah pakar hisab rukyat dan instansi yang tergabung dalam Badan Hisab Rukyat (BHR). Diantaranya, Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), serta Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).

Seperti yang kami kutip dari republika.co.id, Muhyiddin mengemukakan, terdapat 12 titik pengamatan hilal yaitu Observatorium Hilal Lhok Nga, Aceh ; UIN SUSKA, Pekan Baru, Riau, Menara Timur UPI, Bandung, Observatorium Bosscha, Lembang Bandung Jawa Barat, Pos Observasi Bulan (POB) Bukit Bela-belu, Bantul, Yogyakarta, Mataram, Nusa Tenggara Timur, SPD LAPAN, Biak, Papua, Makassar, Sulawesi Selatan, Samarinda, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Pantai Gebang Madura, dan SPD LAPAN Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Artikel Menarik Lainnya: