Sebuah ledakan bom menewaskan Gubernur Kunduz
Afganistan Mohammad Omar, serta 19 jemaah salat di sebuah masjid yang
terletak di Taluqan, Provinsi Takhar, Afganistan Utara, Jumat 8 Oktober
waktu setempat.
Bom yang meledak di tengah kerumunan orang yang tengah salat, juga menyebabkan sekitar 35 orang mengalami luka-luka.
Seperti dikutip dari kantor berita AP, seorang saksi yang masih hidup yakin bahwa pelaku peledakan adalah seorang jemaah yang salat di sebelah kanan Gubernur Omar.
Kematian Omar, adalah pembunuhan terhadap tokoh pemerintahaan
Afganistan tertinggi tahun ini, dan merupakan pembunuhan pertama
terhadap gubernur, sejak 2008.
Omar, yang lahir di provinsi Takhar, adalah seorang yang berasal dari
etnis Pashtun, yang mayoritas adalah anggota Taliban. Omar pernah
menjadi Komandan di wilayah Afganistan Utara di bawah Abdul Rasul
Sayyaf, seorang pemimpin mujahidin di masa invasi Uni Soviet, yang
didukung oleh AS.
Sebelum menjadi gubernur di Kunduz pada 2004, Omar juga sempat
menjadi Gubernur Provinsi Baghlan, wilayah yang juga terletak di utara.
Omar juga sempat menjadi walikota wilayah Taluqan.
Sebelum pengeboman, setidaknya Omar telah lolos dari tiga kali
percobaan pembunuhan. Pasalnya, seringkali Omar tak segan-segan meminta
pemerintah agar mengirim pasukan ke arah utara untuk memerangi pasukan
pemberontak mujahidin.
Peristiwa ini terjadi hanya terpaut dua hari setelah ia mengumumkan
adanya peningkatan ancaman dari Taliban dan para pejuang dari luar
Afganistan, di sebelah utara negara itu. "Bila kita tidak mengambil
langkah untuk mengantisipasinya, Afganistan dan pasukan koalisi akan
menghadapi bencana," kata Omar saat itu.
Satu setengah tahun yang lalu, kakak Omar, Noor Khan, yang mengepalai
kepolisian di distrik Archi, Kunduz, juga dibunuh oleh pejuang
mujahidin.
Ekskalasi pertempuran di wilayah Kunduz dan porvinsi-provinsi
sekitarnya, memang semakin memanas sejak dua tahun belakangan. Wilayah
ini dipercaya sebagai tempat persembunyian Taliban, Al-Qaida serta para
pejuang dari berbagai faksi, termasuk jaringan Haqqani, Hizb-i-Islami
dan pergerakan Islam Uzbekistan.